Senin, 09 Februari 2009

STSI PADANGPANJANG:
Buka Program Pascasarjana Tahun Depan, Siapkah (?)


Mutu pendidikan akan ditingkatkan dengan menghasilkan lulusan berkualitas. Out put yang mumpuni tentu ditentukan oleh intelegensi dosen. Para dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang harus memiliki wawasan budaya Melayu bukan budaya Minangkabau saja. Jadi para dosen akan dimagangkan sesuai dengan kebutuhan jurusan masing-masing ke seluruh wilayah Melayu. Setiap peneliti, pakar seni budaya yang akan berbicara tentang Melayu agar datanya valid harus datang dulu ke STSI Padangpanjang. Tutur Ketua STSI Padangpanjang, Prof. Dr. Daryusti, M.Hum (4/9) saat ditemui di ruang kerjanya.
STSI akan membuka jenjang pendidikan Pascasarjana (S-2) dengan program studi Penciptaan Seni dan Pengkajian Seni. Tahun depan insyaallah kita sudah menerima mahasiswa, bila perlu tahun 2008 ini. Sebenarnya kita sudah siap, tinggal ,menunggu Surat Keputusan dari DIKTI. STSI Padangpanjang berkemungkinan menjadi lebih maju dan berkembang di masa datang, sebab satu-satunya Lembaga Pendidikan Tinggi Seni yang mengkaji seni Melayu. Disamping itu dalam waktu dekat (sekitar tahun 2009/2010) akan berubah status menjadi Institut Seni Indonesia (ISI). Tambahnya.
Lazuardi, Pembantu Ketua Bidang Adminitrasi dan Keuangan, ketika dijumpai diruang kerjanya menyatakan, optimis terhadap perubahan Lembaga Pendidikan Tinggi Seni menuju ke arah yang lebih maju. Apalagi dengan dibukanya Program Pascasarjana serta perubahan status dari STSI ke ISI, kita tunggu saja. Tuturnya.
Lembaga Pendidikan STSI Padangpanjang, merupakan satu-satunya yang mengkaji seni Melayu. Kehidupan Melayu sebagai langkah awal untuk berkembang. Kita harus mempersiapkan diri untuk menjadikan Laboratorium Melayu di Nusantara, agar para ilmuwan mencari informasi, dokumentasi, material dan penelitian tentang Melayu ke STSI Padangpanjang. Bicara Melayu ya harus dating ke Padangpanjang, ingin mengkaji P.M.T.O.H dan Didong kesenian dari Aceh, di Padangpanjang ada data yang lengkap. Ingin mendata tari Zapin di Padangpanjang tempatnya. Ungkap Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Martarosa, S.Sn., M.Hum.


Tujuh Program Studi yang ada di STSI, hendaknya mampu merumuskan tentang ilmu dan pengetahuan Melayu. STSI dengan kajian itu memang harus melalui proses panjang. Apalagi membuka Program Pascasarjana harus dipersiapkan secara matang baik tenaga pengajar, fasilitas pustaka dan administrasi. Jika sudah siap kenapa tidak. Sementara untuk aktifitas kemahasiswaan walaupun tidak ada dana kreativitas mahasiswa harus jalan. Tekannya.

Jurusan Teater Prioritaskan Sekolah Binaan dan Desa Binaan
Sebelas tahun sudah usia jurusan Seni Teater STSI Padangpanjang yang didirikan pada 5 September 1997. Sampai hari ini sudah meluluskan enam angkatan. Lulusannya ada yang bekerja jadi seniman, pekerja di Televisi, guru, dosen dan aktivis seni. Namun jurusan teater STSI Padangpanjang masih belum di kenal dan dicintai secara luas oleh masyarakat, jangankan masyarakat Sumatera dalam wilayah Sumatera Barat saja masih ada yang belum mengenal jurusan seni teater.
Tak kenal maka tak sayang, ungkapan inilah yang membuat jurusan teater melakukan program pengenalan teater ke masyarakat melalui apresiasi. Selama ini dalam pentas teater mahasiswa maupun dosen kita selalu mengundang penonton. Sekarang tekhnisnya dirubah dengan menjemput penonton lewat sekolah binaan dan membuat desa binaan di Sumatera Barat, bahkan bila seluruh sumatera. Ungkap Ketua Jurusan Seni Teater Yusril, S.S., M.Sn
Masyarakat Sumatera sudah sangat kenal dengan sandiwara atau tonil. Teater rakyat ini sudah berkembang di Aceh, Minangkabau, Riau, Jambi, Lampung, Medan. Teater modern ketika masuk ke wilayah pedesaan di Sumatera haruslah dalam pemahaman masyarakat. Sebenarnya tradisi berteater sudah biasa dan sering dilakukan oleh masyarakat di seluruh Sumatera, kini tinggal kita melakukan pengembangan menuju pembaharuan. Jadi dengan program ini yang berujung pada mencetak lulusan yang bermamfaat di tengah masyarakat. Teater dewasa ini sudah menjadi profesi bukan lagi hobi, hanya lewat pendidikanlah teater di wilayah Sumatera berkualitas. Tambah Yusril.
Tatang R. Macan, Sekretaris Jurusan Teater menimpali, teater miniature dari kehidupan. Kampung seni untuk memberdayakan masyarakat agar tidak tertutup terhadap perkembangan jaman. Sekaligus melakukan pengembangan pola berpikir, sehingga tercipta silaturrahmi seni. Jurusan teater selain fokus pada dua kegiatan jangka panjang itu, juga memprogramkan kegiatan worsksop, diskusi dengan mendatangkan tokoh-tokoh seperti Wisran Hadi (Sastrawan/Sutradara), Radhar Panca Dahana (Dramatug), Toni brur (Aktor), dalam bulan Desember juga mengundang Goethe Istitut untuk membongkar habis tentang konsepsi Brechtian. Tegasnya (sai)

Trimks! Salam
Sulaiman Juned.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar